Tergila-gila Indonesia
Manggung dan konser di banyak kota di seluruh pelosok Indonesia membawa keberuntungandan other privilege. Kamu jadi punya banyak peluang untuk mendatangi berbagai
tempat wisata maupun yang bersejarah di sela-sela jadual manggungmu. Seperti saat
mengunjungi Kota Blitar, kamu menyempatkan diri untuk berziarah ke Makam Bung
Karno. Akhirnya salah satu keinginanmu terpenuhi. Mata dan hatimu terus
menelusuri dari sudut ke sudut Museum Bung Karno seusai ziarah. Kebesaran bapak
proklamasi itu seakan menyelubungimu. Sayangnya saat kamu mencoba untuk tidur
di ranjang orang nomor satu di Indonesia itu, seorang petugas melarang. Memang
sedikit kecewa, tapi setidaknya kamu telah melihat langsung kamar pribadi dan
peninggalan beliau.
Saat mengambil gambar di Batu Makam Bung Karno yang
berwarna hitam, sesuatu mengejutkanmu. Ada gambar kepala singa di batu hitam
itu. Bahkan ada lukisan Bung Karno yang jantungnya bergerak.
Meski bisa
travelling di sela-sela jadual konser, kamu sesungguhnya suka sekali travelling terutama dengan
kerabat dekat karena menurutmu itu lebih nyaman, sensasinya berbeda, seru dan momennya benar-benar terasa.
Kamu merekam setiap perjalanan dan persinggahanmu dengan
kamera. Selain vespa dan travelling
serta tentu saja menyanyi, memotret menjadi kesukaanmu yang lainnya. Awalnya
iseng saja dengan handphone pribadi, lama-lama beranjak ke action cam. Beberapa merk Sony adalah favoritmu.
Kamera Sony Alpha
A5100 adalah kamera terbaru milikmu, Ia merupakan varian unik di jajaran mirrorless Sony, yang dulunya pakai nama
Sony NEX. Unik karena Sony saat ini sudah punya A5000 (penerus NEX-3) dan A6000
(pengganti NEX6 dan NEX7), lalu hadirlah A5100 yang bisa dibilang adalah penerus
NEX5T dengan beberapa fitur yang diambil dari A6000 (walaupun dari bentuk
persis sama dengan A5000). Bingung? Singkatnya, Sony A5100 adalah A5000 dengan
sensor 24 MP yang dilengkapi piksel pendeteksi fasa untuk auto fokus sehebat
A6000. Kami menguji kamera A5100 ini dengan lensa kit 16-50mm powerzoom dan
juga lensa 18-105mm f/4. Simak review kami selengkapnya.
Fitur utama Sony A5100
:
§ sensor 24 MP ukuran APS-C
§ hybrid AF (179 titik deteksi fasa, 25 area
deteksi kontras)
§ ISO 100-25600, burst 6 fps
§ layar sentuh (tapi cuma untuk memilih titik
fokus dan memotret)
§ built-in flash, bisa di bounce
§ simultan recording full HD dan HD720, ada XAVC
S codec
Perbedaan utama dengan
A6000 :
§ A5100 tidak ada jendela bidik
§ A5100 tidak ada flash hot shoe
§ A6000 tidak bisa sentuh layar
Kamera mirrorless mungil
ini terlihat pas bila dipaketkan dengan lensa 16-50mm powerzoom. Tampak depan
ada dudukan lensa E-mount standar Sony, di bagian atas tidak ada roda dial PASM
ataupun flash hot shoe, di belakang ada berbagai tombol umum seperti MENU,
movie, roda untuk ganti setting, D pad (kendali 4 arah), tombol DELETE dan
HELP. Tidak ada tombol Fn di A5100, untuk itu melalui pengaturan menu kita bisa
atur kegunaan tombol HELP menjadi fungsi lain yang menurut kita penting. Untuk
berganti mode misal Auto, PASM, movie, scene mode dsb bisa menekan tombol OK
lalu memutar roda. Agak repot memang, tapi kamera ini memang didesain minimalis
dan tidak cocok untuk fotografer yang sering berganti setting dengan cepat.
Tampak depan dengan LCD di
flip ke atas dan lampu kilat terangkat. Layar LCD ini punya resolusi tinggi dan
aspek rasio 16:9 yang lebih optimal untuk rekam video HD. Foto bawah : tampak
belakang.
Dirancang tanpa jendela
bidik, maka satu-satunya cara untuk memotret adalah dengan live view melalui
LCD utama. Karena layar di A5100 punya aspek rasio 16:9 maka foto dengan aspek
rasio 3:2 akan menyisakan baris hitam di kiri dan kanan layar, yang secara jeli
dimanfaatkan Sony untuk indikator setting. Dengan demikian sepintas kita bisa
meninjau setting kamera sebelum memotret, misal contoh tampilan setting di
bawah ini menunjukkan kamera dalam mode P, 1/60 detik, f/5.6 ISO Auto, drive
mode Continuous Hi, fokus servo AF-S, WB 4800K, baterai 35% dan masih banyak
lagi informasi tambahan lainnya. Bila semua tulisan di kiri kanan ini justru
tampak mengganggu, bisa dihilangkan dengan menekan tombol DISP.
Menu khas Sony Alpha cukup
berbeda dengan Sony NEX, disini menu disusun mendatar dengan berbagai tab dan
nomor. Cukup rapi, walau agak memusingkan di awal. Tidak ada My Menu atau
Custom Menu sehingga kita harus hafal setiap setting favorit itu ada di tab apa
dan nomor berapa. Tab yang paling pertama adalah Tab Shooting Menu yang terbagi
atas 8 halaman (!). Jadi misal anda ingin mengganti WB maka masuklah ke Tab Shooting Menu halaman
5, baris kedua. Untuk mengubah fungsi tombol menjadi sesuai kebutuhan kita,
masuk ke Tab kedua (Setting Menu) halaman 5 baris kedua. Disana bisa diatur
tombol Center, Left, Right, Down dan Button menjadi fungsi lain semisal AF, WB
Image Quality dan sebagainya.
Pengaturan video juga
cukup lengkap, dengan opsi format video XAVC S (25p/50p 50 Mpbs, pastikan kartu
memori yang dipasang punya spesifikasi tinggi), AVCHD (ini yang lebih umum) dan
MP4 (hanya ada pilihan 1440×1080 12Mbps dan 640×480 3 Mbps). Untuk AVCHD kita
bisa memilih berbagai frame rate seperti 25p (FH 17 Mbps dan FX 24 Mbps), 50i
(FH 17 Mbps dan FX 24 Mbps) dan 50p (PS 28 Mbps). Perhatikan kalau di format
XAVC S tidak bisa memakai fitur Dual Video REC karena tingginya bandwidth video.
Pada Shooting Mode kita
bisa beralih dari Intelligent
Auto, Superior Auto, P, A, S, M, Movie Mode (didalamnya juga ada
pilihan P,A,S,M untuk movie), Sweep Panorama dan Scene
Selection yang berlimpah (Portrait, Sports Action, Macro,
Landscape dll). Yang kami suka dari Scene mode ini disertai penjelasan dan
contoh fotonya sehingga membantu untuk pemula. Contoh dibawah ini adalah
tampilan di LCD saat mengakses Scene Handheld Twilight.
Kinerja
kamera A5100 terasa responsif, tidak terasa ada shutter lag, auto fokus juga
cepat seperti prediksi kami. Dengan kemampuan tembak hingga 6 foto per detik
maka kamera pemula ini sudah menyamai DSLR kelas semi pro. Saat kami uji
menembak cepat kamera ini sanggup meladeni tanpa kesulitan. Suara shutter
terdengar lembut sehingga meski dipakai menembak kontinu suaranya tidak terlalu
berisik. Pada playback mode, roda belakang sangat berguna untuk melihat banyak
foto bergantian secara cepat. Kemampuan lampu kilat memang terbatas, paling
hanya untuk menerangi obyek yang jaraknya 2-3 meter saja, untungnya flash di
kamera ini bisa dipaksa ke atas untuk bounce ke langit-langit.
Urusan
sensor 24 MP di kamera ini tentu sudah setara dengan kamera modern lain yang
punya ciri kualitas ISO tinggi yang baik sampai ISO 1600 dan bisa menjaga noise
tetap minimum di ISO diatasnya. Kami menguji berbagai setting dari ISO 100
sampai ISO 25600 dan terlihat memuaskan, warna dan detail tetap terjaga di ISO
3200 sampai ISO 6400. Berikut contoh berbagai ISO selain ISO dasar, mulai dari
rentang yang aman (ISO 200-1600) dan rentang yang tinggi (ISO 3200-25600). Cek
juga file aslinya di flickr untuk memastikan dalam tampilan 100
auto fokusnya sudah memakai
sistem hybrid AF, perpaduan antara deteksi kontras dan deteksi fasa. Secara
teori sistem ini menggabungkan dua keunggulan dari masing-masing cara, deteksi
fasa untuk kecepatan dan deteksi kontras untuk akurasi fokus. Hanya bila
kondisi agak gelap barulah kamera ini bergantung pada deteksi kontras saja. Di
A5000 (kamera sebelum A5100) tidak ada sistem hybrid AF, yang ada hanya deteksi
kontras layaknya kamera non DSLR pada umumnya. Sony A5100 diberikan fitur
hybrid AF yang persis sama dengan milik Sony A6000 yang mana kami akui
merupakan peningkatan yang signifikan untuk ukuran kamera pemula.
Untuk mode AF-C yang
khusus dirancang mengikuti fokus pada subyek yang bergerak, kamera A5100 ini
dengan baik bisa menjaga fokus pada subyek yang bergerak, khususnya mendekat
atau menjauh dari kamera. Contoh foto di atas diambil pakai pode fokus AF-C,
dengan lensa 18-105mm f/4. Hal ini
tidak lepas dari adanya fitur hybrid AF, tidak terlihat adanya focus hunting saat mencari fokus ke benda yang bergerak. Kami menguji juga
bagaimana kamera ini bisa melakukan auto fokus kontinu saat kamera dipakai
untuk memotret berturut-turut. Kombinasi antara 6 fps dengan hybrid AF tentu
membuat penasaran apakah kamera ini bisa menyamai kinerja DSLR kelas cepat?
Dalam pengujian di lapangan,
kamera ini dalam mode AF-C mampu mengunci gerakan sepeda atau anak-anak yang
bermain bola yang arahnya mendekati kamera. Dengan memakai mode burst 6 fps
bisa dianalisa rasio sukses dan gagalnya. Dari beberapa kali pengujian umumnya
kamera A5100 berhasil menjaga fokus pada subyek utama, walau kadang juga
fokusnya meleset ke belakang.
Menjadi
kamera pemula tidak berarti kompromi pada performa. Sony A5100 menunjukkan
bahwa kinerja cepat dengan auto fokus yang modern bukan hanya milik kamera
kelas mahal saja. Sebagai kamera modern, kita juga akan menikmati sensor 24 MP
yang detail, kemampuan ISO tinggi yang masih layak, fitur WiFi dan NFC serta
prosesor yang cepat. Adanya sistem layar sentuh merupakan bonus menarik, walau
kami akan lebih senang andaikata bisa mengatur setting dengan menyentuh layar.
Sayangnya layar sentuh di A5100 ini hanya bisa untuk memilih titik fokus dan
untuk memotret saja. Memang karena ukurannya yang kecil kita harus kompromi
pada hal-hal lain seperti jendela bidik, flash hot shoe, roda dial PASM dan
tombol Fn yang semuanya absen di kamera ini.
Fitur
lain yang cukup mengejutkan untuk kamera A5100 adalah kemampuan videonya,
dimana kita bisa mengatur eksposur secara manual saat rekam video, juga memilih
format pro XAVC S dan ada dual recording di mode AVCHD. Dengan hybrid AF,
rekaman video juga lebih terbantu dalam hal auto fokus yang mulus dan tidak
hunting. Sayangnya saat sedang merekam video, kamera ini tidak bisa ‘dipaksa’
untuk mengambil foto juga (dengan menekan tombol shutter). Memang tidak banyak
kamera yang bisa memotret saat sedang rekam video, Sony A5100 ini salah satu
yang tidak bisa. Kekurangan kecil lain yang tergolong lumrah adalah dalam hal
baterai dimana selain ukurannya yang relatif kecil, juga cara mencharge baterai
yang seperti ponsel (mencolokkan kabel USB ke kamera maka baterai akan terisi)
repot kalau kita ingin mengisi baterai cadangan.
Tapi
dengan segala kelebihannya, Sony A5100 memberi ‘warning’ pada produsen lain
bahwa teknologi terus berkembang dan bukan hal yang sulit untuk menerapkan
semua hal baru di kamera pemula sekalipun
Berbekal kamera sony alpha ini kamu menjelajah banyak pantai, juga hutan-hutan, perbukitan, pegunungan, padang pasir, padang rumput, danau-danau, sungai-sungai besar dan banyak tempat lainnya. Membuatmu makin tergila-gila dengan Indonesia.Proses kreatif penulisan Man Behind The Microphone bisa di baca dalam postingan ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar